Rabu, 01 Juni 2011

Tika Putri Malah Ingin Jadi Perancang Busana

Di antara sejumlah pendatang baru, ia termasuk yang paling produktif. Setelah debut pertama di The Coffee Bean Show, kariernya melaju kencang. Dalam dua tahun, 6 layar lebar dan 2 sinetron dibintangi. Meski punya obsesi besar di dunia akting, bungsu tiga bersaudara ini tetap berambisi mewujudkan mimpi lamanya. Jadi perancang busana.

Populer dengan nama Tika Putri (19), pemilik nama lengkap Tika Putri Hastari ini mengawali perjalanannya di dunia hiburan sebagai seorang penari. Rupanya, Tika sudah tergila-gila pada kegiatan seni gerak tubuh sejak duduk di bangku sekolah.

Saat di sekolah menengah atas, Tika bahkan sempat dapat protes keras dari guru-gurunya lantaran terlalu sibuk menari. “Saking sibuknya dengan modern dance dan salsa, aku sampai sempat ketinggalan pelajaran,” cerita Tika sambil tertawa.

Namun, lewat dunia tari inilah pintu ke dunia hiburan terbuka bagi Tika. “Padahal tadinya cuma iseng. Pelatih tariku nawarin aku dan teman-teman ikut kasting sinetron yang ceritanya tentang dancer . Ramai-ramai kami kasting. Keterima, sih. Tapi sinetronnya malah enggak jadi tayang.”

Jodoh lalu mempertemukan Tika dengan Fafa, pria yang hingga kini jadi manajernya. Fafa-lah yang membawa Tika hingga berkesempatan tampil di layar kaca. The Coffee Bean Show dan Prime Time , keduanya tayang di Trans TV, adalah yang mengenalkan wajah ayu Tika. Dari sini, kesempatan Tika makin terbuka lebar. Dara berkulit putih ini bahkan dapat kesempatan emas bermain di sebuah layar lebar, berkat aktor Indra Birowo.

Dua Tahun Percobaan
Oh My God (2008) adalah film pertama Tika. Dalam OMG yang ber-genre komedi ini, Tika dipasangkan dengan presenter kocak, Ringgo Agus Rahman, dan Desta Club 80’s. Perannya sebagai sahabat Revalina S. Temat, sang bintang utama wanita, membuat Tika kebagian porsi tampil cukup banyak. “Sekitar 19 scene . Lumayan untuk ukuran pendatang baru,” tukasnya.

Namun Jagad Kali Code (JKC) lah yang benar-benar membuat Tika jatuh hati pada dunia seni peran. Film yang mengambil setting kota gudeg Yogyakarta ini berhasil memikat dan memesona dara kelahiran Jakarta, 1 November 1989 ini. “Di situ aku diberi kesempatan untuk adu akting dengan aktor-aktor senior,” kisah Tika yang mengaku menimba banyak ilmu dari para lawan mainnya.

Selain kembali dipasangkan dengan Ringgo, di JKC Tika juga beradu peran dengan sejumlah nama beken seperti Tio Pakusadewo, Ray Sahetapy, Yati Pesek dan Didhi Nini Towok. “Main dengan mereka memberiku inspirasi yang besar,” ujar Tika yang sepulang syuting dari Yogyakarta, memantapkan hati dan menemui sang bunda. “Aku ingin (serius) jadi aktris,” ujar Tika kala itu.

Terang saja keinginan Tika ini mengagetkan ibunya, Ratu Anissa Barok. Seperti ibu pada umumnya, keputusan untuk melepaskan anak gadis ke rimba dunia hiburan tentu menakutkan. Apalagi, dunia yang hendak dimasuki Tika dikenal sebagai dunia yang gemerlap dan penuh godaan.

“Ibu sempat meragukan. Namun setelah diskusi, akhirnya Ibu memutuskan ngasih aku dua tahun masa percobaan. Ha ha ha,” ujar Tika tergelak. Jadilah Tika berusaha keras membuktikan diri. Setelah Si Jago Merah (2008) dan Jagad Kali Code , berturut-turut Tika membintangi Perempuan Berkalung Sorban (2009), Queen Bee (2009) dan Ketika Cinta Bertasbih (2009).

Perannya sebagai Queenita Siregar, tokoh utama di Queen Bee , membuat nama Tika makin diperhitungkan. Untuk perannya sebagai putri seorang calon presiden ini, Tika memang mati-matian melakukan pendalaman. Karena Queenita diceritakan sudah tak lagi memiliki ibu, Tika bahkan memutuskan untuk tak menemui ibunya sendiri selama 2 bulan, demi merasakan apa yang dirasa Queenita.

“Untungnya Mama mengerti alasanku dan menghormati keseriusanku,” tutur Tika yang juga sampai berbaur kembali, bahkan menginap di rumah adik-adik kelasnya, demi merasakan kembali menjadi gadis 17 tahun. “Aku harus menyesuaikan cara berpikir, bicara, sampai berpakaian anak 17 tahun.”

Nabung Dulu
Saking seriusnya memerankan tokoh Queenita, hingga kini Tika mengaku masih terbawa sifat-sifat gadis remaja yang terkadang meledak-ledak. “Queenita itu karakternya pemarah dan sangat ekspresif, sementara aku lebih kalem. Tapi sekarang, kok, aku merasa jadi lebih spontan. Sampai orang-orang di sekitarku juga heran,” cerita Tika.Namun perubahan ini dianggap Tika sebagai sesuatu yang positif. Apalagi, sejak berperan jadi anak calon presiden, Tika juga merasa lebih melek dan peduli akan dunia politik. “Ternyata mengerti politik itu sebuah keharusan bagi kaum muda. Kita bisa membuat perbedaan dengan politik,” sebutnya.

Satu yang membuat Tika merasa dilematis, keseriusannya terhadap akting memaksanya harus berhenti sementara dari bangku sekolah. Saat kesempatan datang bertubi-tubi, Tika yang baru lulus sekolah menengah atas ini pun harus memilih. Dengan berat hati Tika pun merelakan bangku yang sudah didapatnya di sebuah universitas swasta yang cukup ternama di Jakarta.

“Lagi pula aku merasa tidak enjoy (kuliah di situ). Sepertinya, kok, terlalu dipaksakan. Akhirnya aku keluar saja,” tutur Tika yang rupanya kurang sreg dengan jurusan manajemen yang sempat diambilnya. “Aku sebenarnya pengen masuk jurusan desain. Aku ingin jadi perancang busana,” ujar Tika yang sudah lama hobi membuat sketsa baju.

“Waktu SMA, beberapa teman yang badannya enggak terlalu bagus sering minta tolong dibuatkan baju,” ungkap Tika yang saat ini tengah dipercaya merancang gaun pengantin untuk kakaknya. “Aku serius ingin jadi perancang. Aku yakin kok, suatu hari nanti bisa jadi keduanya, ya, aktris, ya, perancang. Aku cinta keduanya. Pasti bisa,” yakin Tika yang saat ini ingin menabung dulu.

“Kuliah di jurusan desain itu tidak murah. Kalaupun ingin mengambil S1, enaknya juga di luar negeri. Jadi sekarang bersabar dulu. Aku nabung dululah.”

Baca Juga



Tidak ada komentar:

Posting Komentar